Rabu, 09 Juni 2010

Boedi Oetomo dan Sarekat Islam

Peringatan seabad kebangkitan nasional tahun ini menyisakan perdebatan klasik soal organisasi mana yang paling layak dianggap sebagai pelopor kebangkitan itu. Ada dua kutub utama yang muncul sebagai pemicu tonggak semangat kemerdekaan Indonesia tersebut, yaitu Boedi Oetomo dan Sarekat Islam.

Dalam pemahaman yang berkembang selama ini, kelahiran Boedi Oetomo pada 1908 menjadi tonggak sejarah nasional Indonesia. Boedi Oetomo yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa Stovia memberikan kontribusi dalam gerakan nasionalnya.

Namun sejumlah pihak mempertanyakan organisasi yang berasal dari kaum priyayi ini, karena diangap tidak sepenuhnya memperjuangkan kaum pribumi. Dalam pandangan peneliti Center For Information and Development Studies (Cides) Firman Noor, organisasi Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam adalah organisasi kebangsaan terbesar Indonesia di awal abad 20.

Karakater perlawanan Sarekat Islam, katanya, terlihat dengan kesediaan membela hak-hak pribumi dari keculasan sebagian saudagar China maupun kesewenang-wenangan pejabat Belanda.

"Karakter ini muncul dengan kesediaan melakukan bentrok fisik hingga menjadi motor gerakan pemogokan buruh dan pekerja di beberapa jawatan," ujar Firman Noor dalam 'Dialog Peradaban HOS Tjokroaminoto versus Wahidin Sudirohusodo: Mencari Kompromi Tonggak Sejarah Kebangkitan Nasional' di Jakarta, Kamis (22/5).

Firman Noor menambahkan bahwa keislaman yang dianut oleh Sarekat Islam menjadi batu sandungan dalam pergerakan kebangsaan. Tetapi dalam anggaran dasar Sarekat Islam disebutkan bahwa persoalan persaudaaraan menjadi hal yang penting dalam komitmen berkebangsaan.

"Dalam persoalan pembebasan dan emansipasi, emansipasi oleh Boedi Oetomo melibatkan kalangan priyayi di Jawa dan Madura. Sarekat Islam memperjuangkan emasipasi hak-hak politik dan partisipasi politik rakyat secara luas," imbuhnya.

Dalam konteks ini, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Hatta Rajasa yang juga menjadi salah satu pembicara, mengatakan kita bisa menentukan organisasi mana yang sebenarnya memberikan kontribusi terbesar dalam kebangkitan nasional.

Tapi, katanya, yang jelas Boedi Oetomo dan Sarekat Islam memberikan kontribusi yang besar dalam perjuangan nasionalisme Indonesia. "Kedua organisasi ini memiliki andil yang besar dalam mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa merdeka dan berdaulat," ujarnya.

Menurut Hatta, Boedi Oetomo maupun Sarekat Islam menjadi ikon atas gerakan yang muncul pada periode selanjutnya. Ia tidak menampik fakta bahwa Sarekat Islam lahir lebih dahulu dibanding Boedi Oetomo.

"Keduanya sama-sama memberikan inspirasi bagi lahirnya gerakan-gerakan lain. Tapi saya yakin organisasi-organisaasi seperti Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah adalah inspirasi sumbangan-sumbangan pemikiran untuk mencapai satu tujuan, yaitu Indonesia merdeka," paparnya.

Hatta menegaskan, tak penting menjadikan ragam sejarah kebangkitan nasional sebagai polemik. "Yang penting sekarang adalah bagaimana menatap ke depan dengan modal yang kita miliki, agar mampu membangun sebuah mitra dagang baru," tegasnya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Fraksi PKS Mahfudz Sidik. Masyarakat, katanya, tidak perlu membandingkan organisasi nasional mana yang benar-benar berperan besar dalam kebangkitan nasional. "Kita harus selalu berpikiran ke depan. Sejarah harus dipelajari karena sejarah adalah inspirasi kita dalam berpikir maju," ujarnya.

Saat ini, katanya, kita tidak relevan membandingkan organisasi mana yang benar-benar menjadi tonggak sejarah kebangkitan nasional Indonesia. "Yang terpenting bagaimana mengisi momentum kebangkitan naisonal dengan kerja nyata untuk kepentingan publik," jelasnya.

Polemik soal Boedi Oetomo dan Sarekat Islam tak hanya bergulir dalam konteks kebangkitan nasional saja, perdebatan atas tonggak sejarah kebangkitan nasional muncul tidak sekadar BO versus SI,namun juga menyangkut upaya Boedi Oetomo untuk mengklaim sebagai tonggak gerakan antikomunis di Indonesia. Ahmad Suhelmi dalam buku Islam dan Kiri, menyebutkan adanya oposisi kaum muslim dan kaum komunis dan gerakan nasional, yang kemudian meledak melalui peristiwa Madiun dan G30S PKI.

KH Firadus AN juga menyatakan bahwa Boedi Oetomo bukanlah gerakan pertama yang mempelopori kebangkitan nasional, melainkan Sarekat Islam yang berdiri sejak 1905. Menurut aktivis Islam tersebut, anggaran dasar Boedi Oetomo yang berbahasa Belanda, justru mengadopsi semangat kedaerahan yang kental. Tujuannya hanya memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura.

Sedangkan Sarekat Islam, menurut Firdaus, bertolak belakang dengan Boedi Oetomo yang keanggotaannya sangat terbuka. Ini menjadi pertanda bahwa Sarekat Islam tidak hanya mewadahi orang yang berlatar belakang Islam, namun juga plural. Sebut saja nama seperti Semaun, Darsono, dan Alimin, yang berideologi radikal sehingga kemudian disebut sebagai Sarekat Islam 'merah'.

Jadi, mana yang benar?

www.inilah.com

Jumat, 30 April 2010

Lembah Baliem, Pesona Alam Di Ujung Timur Nusantara

Pesona keindahan alam Lembah Baliem, Papua sebenarnya sangat terkenal di dunia. Tetapi di Indonesia sendiri justru pesona ini seakan tenggelam oleh letak geografisnya di ujung timur yang relatif sulit dicapai.

Padahal sederet obyek wisata terdapat di Lembah Baliem. Penduduk setempatnya masih banyak hidup dengan cara-cara tradisonal, seperti menggunakan koteka. Suku Dani, Lani, dan Jali menghuni lembah indah ini sampai ke lereng Pegunungan Jayawijaya. Pegunungan ini sendiri terkenal dengan puncak Cartenz yang begitu tinggi sehingga diselimuti salju abadi.

Alamnya pun sungguh indah untuk dijelajahi, termasuk menyeberangi sungai Baliem yang sangat deras di musim hujan melalui jembatan gantung. Atau jika lebih tertarik kebudayaan setempat, Anda dapat mengunjungi Desa Kurulu yang sangat terkenal karena punya mumi berusia sekitar 350 tahun.
Sumber: www.kompas.com